Mengenal Tanaman Oppu-Oppu (Crinum asiaticum L.): Obat Alami dari Tanah Nusantara

- emilywilliamson1.blogspot.com
Indonesia, sebagai negara agraris yang kaya akan keanekaragaman hayati, memiliki beragam jenis tumbuhan yang tumbuh subur di berbagai wilayahnya. Banyak dari tanaman ini telah lama dimanfaatkan sebagai tanaman herbal, menjadi bagian penting dalam pengobatan tradisional untuk menjaga kesehatan dan mengatasi berbagai penyakit. Kekayaan ini menjadikan Indonesia sebagai sumber potensial tanaman herbal yang tidak hanya bernilai budaya tetapi juga berkhasiat bagi kesehatan masyarakat. Tanaman herbal telah digunakan sebagai obat tradisional selama ribuan tahun di berbagai belahan dunia. Masyarakat menggunakan bagian-bagian tanaman, seperti daun, akar, batang, dan biji, untuk meredakan berbagai penyakit dan menjaga kesehatan. Khasiat tanaman herbal ini berasal dari senyawa alami yang bersifat antioksidan, antiinflamasi, dan antibakteri, sehingga mampu mendukung proses penyembuhan secara alami. Dalam pengobatan tradisional Indonesia, tanaman herbal masih sangat dihargai dan menjadi pilihan bagi banyak orang karena khasiatnya yang terbukti aman dan minim efek samping, salah satu tanaman yang digunakan yaitu tanaman Oppu-Oppu (Crinum asiaticum L.). Tanaman oppu oppu banyak dikenal di kalangan masyarakat tradisional Indonesia, khususnya suku Batak. Daunnya sering digunakan dalam pengobatan tradisional untuk sakit pinggang, luka memar, sakit gigi, keseleo, dan borok [1].
Bagian dari tanaman oppu oppu (Crinum asiaticum L.) yang digunakan dalam pengobatan secara tradisonal yakni daun. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, daun oppu oppu memiliki kandungan senyawa fitokimia seperti falavanoid, alkaloid, saponin, tanin, triterpenoid dan glikosida [1]. Tanaman oppu oppu (Crinum asiaticum L.) terbukti memiliki efek antiinflamasi yang telah diuji coba pada mencit. Hal ini dapat terjadi karena adanya kandungan senyawa flavanoid yang mampu menghambat kinerja enzim-enzim seperti aldose reductase, xanthine oxidase, phosphodiesterase, Ca²⁺-ATPase, lipoxygenase, dan cyclooxygenase [2]. Lebih lanjut dijelaskanbahwa senyawa fitokimia seperti tanin, flavonoid, dan saponin dikenal karena kemampuannya dalam meredakan nyeri dan efek antiinflamasi melalui penghambatan enzim yang terlibat dalam peradangan, terutama pada jalur metabolisme asam arakidonat dan sintesis prostaglandin. Tanin bekerja dalam respon inflamasi dengan membersihkan radikal bebas dan menghambat enzim iNOS pada makrofag. Saponin, di sisi lain, meredakan nyeri dan peradangan dengan menghambat Nitrit Oksidase, serta mengurangi nyeri melalui mekanisme pusat yang melibatkan sistem opiat, dopaminergik, noradrenergik, dan serotonergik, atau melalui mekanisme perifer yang melibatkan prostaglandin, leukotrien, dan zat endogen lainnya. Alkaloid, yang berkaitan dengan reseptor opioid pada sumsum tulang belakang, menunjukkan potensi analgesik melalui pengaruh pada mediator nyeri sentral dan perifer, dengan reseptor opioid μ2 dan δ berperan dalam mekanisme anorganik pada tulang belakang [3].
Tanaman oppu oppu (Crinum asiaticum L.) juga memiliki aktivitas antidiabetes yang baik, pengujian ini juga telah dilakukan pada mencit dan didapatkan bahwa ekstrak daun tanaman oppu oppu dengan kadar 400 mg/kg BB mampu menurunkan kadar gula darah yang efektif, dan hampir sama dengan penggunaan obat glibenklamid 5 mg/kg BB [1].
Referensi
[1] C. Priscilia dan H. M. Nasution, “SKRINING FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK ETANOL DAUN BAKUNG (Crinum asiaticum L.) PADA MENCIT PUTIH (Mus musculus),” FJFSK, vol. 1, no. 2, hlm. 124–132, Feb 2022, doi: 10.32696/fjfsk.v1i2.1107.
[2] B. Burhannuddin dan I. W. Karta, “Uji Aktivitas Antiinflamasi Teh Cang Salak Secara In Vitro Dengan Metode Stabilisasi Membran Human Red Blood Cell,” IJPF, vol. 10, no. 2, hlm. 39–46, Okt 2023, doi: 10.33096/jffi.v10i2.903.
[3] T. Simangunsong, E. F. L. Gaol, dan S. Sianturi, “EFFECTIVENESS OF BAKUNG EXTRACT (CRINUM ASIATICUM L) AS AN ANALGESIC IN ACETIC ACID-INDUCED MICE,” JFSP, vol. 7, no. 2, hlm. 126–134, Nov 2021, doi: 10.31603/pharmacy.v7i2.3806.