Tanaman Sintrong (Crassocephalum crepidioides)

Indonesia, sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, memiliki sekitar 15.000 jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat herbal. Kekayaan alam ini menjadikan Indonesia sebagai pusat potensi obat tradisional, dengan berbagai tanaman yang telah lama digunakan oleh masyarakat untuk menjaga kesehatan dan mengobati berbagai penyakit. Keanekaragaman tumbuhan obat ini mencerminkan peran penting flora Indonesia dalam mendukung pengobatan alami dan pengembangan ilmu herbal modern [1].

Tanaman sintrong (Crassocephalum crepidioides) merupakan tanaman yang ditemukan di Medan pada tahun 1926. Tanaman sintrong (Crassocephalum crepidioides) merupakan tanaman yang dikenal sebagai gulma liar dan hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak saja dan saat ini tanaman sintrong (Crassocephalum crepidioides) telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sayur, urap ataupun lalapan karena memiliki tekstur yang empuk dan aroma mint serta rasa yang cukup netral [2].

Daun sintrong (Crassocephalum crepidioides) dipercaya memiliki berbagai khasiat, mulai dari membantu meredakan gangguan pencernaan, sakit kepala, dan sakit perut hingga mempercepat penyembuhan luka. Selain itu, daun sintrong juga digunakan sebagai obat alami untuk mengatasi cacingan (antelmentik), mengurangi peradangan (antiinflamasi), mengontrol kadar gula darah pada penderita diabetes (antidiabetes), serta membantu mengobati penyakit malaria (antimalaria) [3]. Keberagaman manfaat ini menunjukkan potensi besar daun sintrong sebagai obat tradisional yang mendukung kesehatan secara menyeluruh [4].

Menurut berbagai literatur, tanaman sintrong (Crassocephalum crepidioides), khususnya pada bagian daunnya, mengandung senyawa metabolit sekunder yang bermanfaat bagi kesehatan, seperti saponin, flavonoid, dan polifenol. Selain itu, daun sintrong juga mengandung minyak atsiri yang berkontribusi pada khasiat herbalnya. Tidak hanya kaya akan senyawa aktif, daun segar sintrong juga merupakan sumber gizi yang baik, dengan kandungan energi sebesar 308,45 Kcal, vitamin C sebanyak 9,17 mg, dan kalsium hingga 1012 mg, menjadikannya tidak hanya sebagai bahan herbal, tetapi juga sebagai tambahan nutrisi untuk kesehatan tubuh [3] [2].

Ekstrak etanol daun sintrong (Crassocephalum crepidioides) terbukti memiliki aktivitas antibakteri dan antijamur yang signifikan, berkat kandungan senyawa aktif seperti alkaloid dan flavonoid. Senyawa ini efektif melawan berbagai bakteri patogen, seperti Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Escherichia coli, dan Vibrio cholerae, serta memiliki potensi sebagai antijamur. Pada konsentrasi 10%, ekstrak etanol daun sintrong mampu menghambat pertumbuhan S. aureus dan E. coli dengan diameter zona hambat masing-masing sebesar 3,16 mm dan 2,77 mm. Selain itu, ekstrak ini juga menunjukkan kemampuan menghambat Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa dengan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) masing-masing 5120 μg/mL dan 2560 μg/mL. Dalam pengujian terhadap B. cereus, ekstrak pada konsentrasi 20% memiliki efek penghambatan yang kuat, bahkan menunjukkan aktivitas bakterisidal dengan tingkat kematian bakteri sebesar 80,9% hingga 93,7% [5], ekstrak daun sintrong dengan konsentasi 20 % juga mmapu untuk melawan pertumbuhan jamur Candida albicans menghambat pertumbuhan jamur besar 13,6 mm [6]. dengan Hal ini menggarisbawahi potensi besar daun sintrong sebagai agen antimikroba alami yang efektif.

REFERENSI

[1]       A. Setiawan, “Keanekaragaman Hayati Indonesia: Masalah dan Upaya Konservasinya,” 2022.

[2]       E. S. Muliawati, “Upaya Domestikasi Sintrong (Crassocephalum crepidiodes (Benth.) S. Moore) melalui Pemupukan Organik dan Pengairan,” vol. 7, no. 1, 2023.

[3]       A. Adjatin dkk., “Phytochemical screening and toxicity studies of Crassocephalum rubens (Juss. ex Jacq.) S. Moore and Crassocephalum crepidioides (Benth.) S. Moore consumed as vegetable in Benin,” 2013.

[4]       S. Maimunah, H. A. Pratama, dan U. Mayasari, “Antibacterial Activity Assay From Sintrong Leaf Crassocephalum crepidiodies Against Staphylococcus aureus Bacteria,” JPBN, vol. 6, no. 1, hlm. 103–111, Mar 2020, doi: 10.36987/jpbn.v6i1.1607.

[5]       E. Rose Simanungkalit, A. Selamet Duniaji, dan I. G. A. Ekawati, “Kandungan Flavonoid dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sintrong (Crassocephalum crepidiodes) Terhadap Bakteri Bacillus cereus,” itepa, vol. 9, no. 2, hlm. 202, Jun 2020, doi: 10.24843/itepa.2020.v09.i02.p10.

[6]       B. Iskandar, L. Leny, dan A. F. Widodo, “Sediaan Sampo Dari Ekstrak Etanol Daun Sintrong (Crassocephalum Crepidioides): Formulasi, Karakterisasi Fisik Dan Uji Aktivitas Anti Jamur,” Maj. Farmasetika, vol. 8, no. 5, hlm. 459, Jul 2023, doi: 10.24198/mfarmasetika.v8i5.47390.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *